RSS

Pengantar Hermeneutik


            Berbicara tentang penafsiran dan metodenya memang seolah-olah tak  bisa lepas untuk memasukkan hermeneutik sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menafsiri sebuah ayat. Begitu pula ketika membahas hermeneutik seolah tidak ada habis- habisnya melahirkan pro dan kontra seperti dua rel kereta yang sejajar tapi tidak akan pernah bisa ditemukan ujungnya. Namun, terlepas setuju atau tidak dengan  hermeneutik hendaknya semua pihak dapat bersikap arif dan  berjwa besar untuk menerima semua pendapat yang ada. Masin-masing pihak tidak perlu mengkafirkan pikiran dan pendapat seseorang khususnya bagi mereka yang tidak setuju dengan hermeneutik sebagai metode pemikiran.
            Hermeneutika ada sejak agama lahir, bahkan sejak manusia muncul sebagai makhluk kebudayaan. Namun hermeneutika sebagai metode dalam islam muncul ketika wilayah politik islam meluas dan dibutuhkan penafsiran terutama hukum terhadap teks-teks agama. Disinilah mereka mulai berpikir modis.
            Masa modern kini bisa dianggap sebagai fase kedua hermeneutika al-qur’an. Dimana timbul hermeneutika pada zaman ini dipicu oleh sebuah kesadaran. Menurut Andreew Rippin  kesadaran tersebut berkaitan dengan kepentingan menciptakan model-model penafsiran yang memadahi terhadap al-qur’an dengan bantuan kesadaran dan bergam metodologi ilmiah yang tersedia. Dengan metode tersebut, penafsiran al-qur’an diharapkan mampu merasionalisasi doktrin- doktrinn yang ada dalam al-qur’an. Dan latar belakang inilah salah satu faktor lahir nya hermeneutik modern.
            Menurut Gerhard Ebelling, hermes merupakan kiasan unntuk tiga tugas utama hermeneutik modern. TugS pertama hermeneutik  adalah merupakan sesuatu yang tadinya hanya ada dalam pikiran belaka. Kedua, menjelaskan secara rasional sesuatu yang sebelumnya masih samar sehingga maksud atau maknanya dapat dimengerti. Ketiga, menterjemahkan bahasa yang asing kedalam bahasa yang lebih dikuasai.
            Hermneutik dan penafsiran mempunyai wilayah yang hampir sama tetapi keduanya tidak identik. Penafsiran teks adalah kegiatan berpikir, praktik penafsiran atau usaha  memahami untuk berpikir orang bisa tidak bermetode.tapi berpikr yang baik adlah  berpikir dengan metode. Jika memang diharuskan menggunakan metode dalam menafsirkan atau memahami sebuah teks, maka disitulah hermneutika berperan. Jadi dengan indikasi diatas maka hermeneutik dapat dikategirokan sebagai metode atau teori penafsiran. Karena disana hermeneutik dalam memaknai sebuah teks tidak berarti tanpa memperhatikan latar belakang yang ada dan segala hal yang berkaitan dengan teks. Dengan segala keterbatasannya, terbukti hermeneutik telah berjasa dalam sejarah pemaknaan teks khususnya bibel. Hermeneutik dengsn aliran dan coraknya mampu menjadikan sebuah teks masa silam menjadi relevan dengan kehidupan kotemporer umat manusia. Dengan demikian hermeneutika juga diharapkan mampu menjawab sebuah keresahan bahwa al-qur’an harus dapat berjalan dan mampu menyelesaikan persoalan zman ini. Hermeneutika dapat memberikan pengayaan wawasan dalam upaya memahami makna dan kandungan al-qur’an. Namun demikian, sulit dibayangkan jika hermentika menjadi metode tunggal dlam menasirkan al-qur’an. Meskipun secara teoritis hermeneutik bisa dijadikan pijakan untuk mengangkat karakteristik al-qur’an tapi mengngat masih ada anggapan buruk yang sangat ideologis karena lahan kajian alkitab dengan al-qur’an mempunyai “egoisitas” idiologis dari para pengikutnya.
            Beberapa sarjana muslim telah melahirkan karya akademik yang memberi dukungan terhadapa pendekatan hermeneutika. Termasuk diantaranya  dalam bentuk tesis dan disertasi. Sperti The Hermneutical Problem of The Qur’an In Islamic jhistory karya Muhammad  Ata As sid. Memang beberapa pendapat mengatakan hermenutik sejalan dengan prinsip hadits Nabi:
الحكمة دالة المؤمن فحيث وجد ها فهو احق بها
“Hikmah itu milik orang-orang yang beriman dimanapun ia temui maka mereka lebih berhaj dengan hikmah tersebut”
            Maka apaun namanya dan darimanapun datangnya sepanjang itu dapat dimanfaaatkan untuk mengungkap rahasia yang terkandung dalam al-qur’an dan sepanjang metode itu memang betul-betul menawarkan sesuatu yang lebih posifif demi perkembangan dan pembinaan umat maka masih tetap dapt dipertimbangkan.
                                                                                    BY:  Sayf-Ri-Da 

MU’JAM MUHTASHOR fi FANNI al-HADITH I


Adil (dalam periwayatan): Orang yang selalu melaksanakan segala perintah agama, dan menjauhi segala larangan dalam agama. Dan salah satu syarat hadis shahih ialah rowinya adil. Ala Syartil Bukhari: Hadis yang dianggap sah karena memenuhi syarat-syarat Imam Bukhari, maksudnya rowi-rowi pada hadis itu rowi-rowi yang dipakai oleh Imam Bukhari. Ala Syartis Syaikhin: Hadis yang dianggap sah karena memenuhi syarat-syarat dua syekh, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim. Maksudnya rowi-rowi pada hadis itu rowi-rowi yang dipakai oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Ahwali: Hadis yang menceritakan hal ihwal Rasulullah, misalkan keadaan fisik, sifat, dan karakter Rasulullah Saw. Atsar: Sebagian ulama mengatakan bahwa atsar adalah hadis yang disandarkan kepada Sahabat Rasulullah Saw. Aushatut Tabi’in: Tabi’in pertengahan, yaitu Tabi’in yang tidak terlalu banyak menerima hadits dari Sahabat. Seperti: Kuraib dan Muhamad bin Ibrahim At-Taimi. Aziz: Hadis yang diriwayatkan melalui dua jalan sanad Ahad: Hadis yang jalan sanadnya kurang dari derajat Mutawatir, hadis ahad ada yang shahih, hasan, dan dhaif. Yang termasuk ke dalam hadis ahad ialah hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis ghorib. Bayan: Menjelasakan, artinya hadis berfungsi untuk menjelaskan kandungan isi Al-Qur’an. Bayan At-Taqrir: Hadis berfungsi sebagai bayan at-taqrir, artinya hadis berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang diterangkan didalam Al-Qur’an. Bayan At-Tafsir: Hadis berfungsi sebagai bayan at-tafsir, artinya memberikan tafsiran terhadap ayat Al-Qur’an. Dhabit: Dia seorang perowi yang dhabit, artinya dia seorang periwayat hadis yang kuat hapalannya. Dhaif: Hadis yang lemah Dirayatan: Ilmu untuk menetapkan sah atau tidaknya suatu riwayat.Fi’liyyah: Hadis yang menerangkan keadaan/perbuatan Rasulullah Saw.Gharib: Hadis yang diriwayatkan hanya melalui satu jalan sanad  Hadist: Sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrirnya.Hasan: Hadis yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sanadnya bersambung, tidak janggal, tidak terrdapat illat (cacat), akan tetapi terdapat perowinya yang kurang kuat hapalannya.


BELAJAR TAFSIR DARI PERHELATAN PIALA EURO '12
oleh: Ust. H. Arif Budiono, Lc, M.Hi

Ketika perhelatan sepak bola piala Euro '12 dibunyikan, serentak euforia seluruh lapisan manusia diseluruh dunia tidak bisa lagi terbendung. Jutaan pasang mata penghuni dunia dengan setia menikmati suguhan bola berkualitas. Sepak bola telah menjelma menjadi publik figur, ia tidak lagi berkutat pada masalah olah raga saja, ia tidak hanya mengenalkan identitas atau entitas suatu kelompok tertentu, dikarenakan  nilai edukasi bola telah melintasi perbedaan ras, agama, benua, bahasa yang majemuk.  Segala sikap yang mengarah tindakan rasisme dianggap telah melanggar kode etik dan dimasukkan dalam kumpulan dosa besar yang harus dihindari.

Tak kecuali temanku yang satu ini, benar-benar Gibol (Gila Bola) sejak kecil meskipun kalo main bola gak pinter-pinter banget.  Tak jarang ia mengorbankan waktunya hanya untuk menunggu peluit wasit tanda dimulainya bertandingan. Jam 2 malam tak menjadi kendala bagi dirinya melihat TV walaupun harus donor darah pada nyamuk. Dengan nada kelakar, esok harinya ia bertanya padaku ;
Hal-hal apa yang mengalami peningkatan ketika piala Euro dimulai? Sejurus aku berfikir, serentak aku menjawab ; ada 2 yang mengalami peningkatan yakni pertama, atribut, kostum pemain dan segala pernak-perniknya. Kedua, kopi dan gula (untuk bergadang). Itu tak seberapa, komentar temanku. Yang lebih mengalami peningkatan adalah surat teguran atasan karena karyawannya banyak yang tidur saat kerja disebabkan semalam nonton bola, tekanan darah karena tim andalannya kalah, dan  nasabah pegadaian tambah banyak karena selalu kalah oleh bandar judi. Hehe.. benar juga ya, pikirku.

Dilain hari, tanpa sengaja aku berpapasan dengan temanku ini. Tak seperti biasanya, dengan nada serius ia memegang tanganku dan sedikit memaksaku mengikuti keinginannya untuk duduk di bawah pohon dekat masjid. Setelah sholat Isya' tadi, kami barusan mendengarkan taushiah ustadz dimasjid. Shohib .... tadikan ustadz berceramah bahwa apapun kejadian dimuka dunia ini pasti ada hikmahnya, lho.. kalo sepak bola seperti piala Euro itu apa hikmahnya?  Mendengar pertanyaannya, akupun tersenyum,  aku mencoba memberikan analisa sebisaku.. begini teman, paling tidak ada 5 hikmah yang melekat pada sepak bola ;
  1. Janganlah suka menjadi penonton dari pada menjadi pemain, karena  akan berpotensi mematikan daya kreatifitas, mendidik kita menjadi penghina, tukang cemooh, pengutuk, mudah menyalahkan, dan pada gilirannya menjelma menjadi seorang "pemarah". Gimana donk terapinya? Sergah temanku. Gampang saja, ambil satu peran yang kita mumpuni didalamnya, buktikan kamu mampu memainkan dengan baik peran itu, dan jadikan bidang itu sebagai ajang kita mengaktualisasikan diri. Kalimat bijak yang sering aku dengar dari guruku, "Ukirlah prestasi dan prasasti dimana kalian menginjakkan kaki." Prestasi dalam beribadah kepada-Nya, dan jadikanlah aktifitasmu sebagai wirid-wirid yang akan menjadi saksi meringankan bagimu kelak pada hari kiamat. Dan yakinlah orang setelahmu akan menyiapkan prasasti-prasasti terindah buatmu dan  dirimu akan yang selalu dikenal dan dikenang.
  2. Hidup ini pilihan. Janganlah mengorbankan yang lebih kekal demi sesuatu yang semu dan fana, semuanya terserah kita dalam menyikapinya secara bijak. Kita menyia-nyikan malam berlalu begitu saja hanya untuk melotot didepan kaca TV sambil teriak-teriak bak orang gila, atau kita bersikap proposional, dengan beribadah kepada-Nya sebagian malam dan menyisakan ruang sedikit untuk menikmati tontonan bola. Ingat, tidak setiap tontonan bisa menjadi tuntunan. Kata ulama' kiat ;  Al-amru bi yadikum (pilihan ada ditangan anda).
  3. Respect  
Dilengan setiap kostum tim yang berlaga tertulis kalimat yang penuh dengan nilai filosofi, yakni Respect. Konon, kata ini berasal dari seorang filosof Barat yang bernama Immanuel Kant. Keragaman hendaknya selalu disikapi dengan bijak, tentunya setiap tim yang terlibat dalam even besar 4 tahunan ini membawa ambisi dan pretige masing-masing, namun perbuatan baik dan mulia dapat menghilangkan perbedaan tersebut, terutama sikap respect/menghargai dalam bingkai ukhwah insaniyyah (interaksi antar manusia – siapapun indentitas dan posisinya), dia tetaplah makhluk Allah yang harus disikapi dengan bijak dan layak. Bukankah al-Qur'an telah memproklamirkan sikap ini, seperti dalam surat al-Kahfi (19): 19 disebutkan satu kata " walyatalattaf ". Menariknya, kata ini berada dalam pertengahan al-Qur'an, biasa dicetak tebal bahkan dalam beberapa mushaf ditulis dengan tinta merah.
  1. Kerja secara profesional, dengan hati dan perhitungan matang dan tidak tidak setengah-setengah. Tengok persiapan tim melakoni setiap pertandingan diupayakan semuanya dilakukan dengan perfect. Memang yang Maha Sempurna adalah Allah Swt. namun Rasul mengajarkan dengan sabdanya "takhallaqu bi akhlaqillah", bukankah sebagian akhlaq Allah adalah sempurna? Setiap pekerjaan dituntut mempunyai visi yang jelas/visioner, berorientasi pada perbaikan/reformer ( harus lebih baik dari sebelumnya ) dan memberikaan keteladanan karena sadar sebagai pusat perhatian masyarakat dunia saat ini. Fa idza farakhta fansab, wa ila rabbika farghab
  2. Bersikaplah sportif seperti aktor-aktor lapangan hijau yang bermain bola. Benturan-benturan keras acap kali terjadi, namun toh mereka selalu menjunjung tinggi nilai sportifitas. Bahkan, diving (pura-pura jatuh) dianggap dosa "besar" dalam persepakbolaan. Dalam arti, harus ada kesamaan antara perbuatan dan realitas riil. Bukankah  golongan orang yang tidak sportif tidak mendapatkan tempat dalam ajaran agama, mereka yang berwajah seribu seperti kaum munafik diancam sebagai penghuni yang layak menempati neraka yang, bahkan ditingkat neraka yang paling dasar (wa hum fi darki asfali min al-nar)


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00. aku sangat terkejut, sebab sepontan temanku bangkit, berlari kencang kerumahnya sambil melambaikan tangannya, kita lanjut besok ya.. Spanyol tim kesayanganku lagi tanding sekarang lawan Italia. Assalamu'alaikum .... wassalamu'alaikum, jawabku. Dasar Gibol, gerutuku.

BATIK


SENI BUDAYA BATIK
Oleh : m. Rofiqul munir,
Seni itu indah ,Indah itu seni ,Seni itu pesing ,Maka pesing itu indah ,salah satu diantara beberapa seni di indonesia yang dapat mewarnai di setiap keseharian seseorang untuk menjalankan aktifitasnya “Batik” adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa). Yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan  perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun menurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
Perempuan-perempuan Jawa dimasa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian sehingga dimasa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul dikenal sebagai batik cap atau batik cetak sementara batik tradisional yang diproduksi dengan tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
Jadi menurut teknik:
  • Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
  • Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3  hari.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Sedangkan ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak hanya boleh dipakai kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa dan juga mempopulerkan corak phoenix (burung api). Bangsa penjajah Eropa juga berminat pada batik dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah seperti gedung atau kereta kuda termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Tetapi batik tradisional tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Pada awalnya baju batik kerap dikenakan pada acara resmi untuk menggantikan jas. Tetapi dalam perkembangannya pada masa Orde baru baju batik juga dipakai sebagai pakaian resmi siswa sekolah dan pegawai negeri (batik Korpri) yang menggunakan seragam batik pada hari Jumat. Perkembangan selanjutnya batik mulai bergeser menjadi pakaian sehari-hari terutama digunakan oleh kaum wanita. Sampai akhirnya setiap pegawai harus memakai batik pada setiap hari Jumat.

Kenduren


Budaya Kenduren
Oleh: Mochammad Ismail Hasan
Budaya Jawa memang memiliki segudang tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. diantaranya memiliki arti yang mendalam dan kaya akan nilai dan norma budaya dan sosial kemasyarakatan. Salah satunya adalah tradisi Kenduren yang merupakan tradisi turun temurun dalam budaya Jawa.
Kenduren pada dasarnya adalah ritual selametan yakni berdoa bersama yang dihadiri para tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang dituakan di satu lingkungan. Biasanya disajikan juga tumpeng lengkap dengan lauk pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada yang hadir.
Dalam tradisi Jawa, Kenduren sendiri terdiri dari berbagai jenis. Kenduren Wetonan, Sabanan, Likuran, Badan, Ujar, dan Muludan.
Kendurenan Wetonan merupakan selametan yang dilakukan pada hari lahir. Hal in ini juga kerap dilakukan hampir setiap warga. Tidak semua anggota keluarga dilakukan tradisi Kenduren Weton saat ia merayakan hari lahir. Biasanya satu keluarga hanya merayakan satu kali wetonan yakni pada saat hari lahir anak tertua dalam keluarga tersebut.
Selain itu adapula yang disebut Kenduren Sabanan atau Munggahan. Hal ini dilakukan saat menjelang bulan ramadhan. Tujuan kenduren ini adalah untuk selametan menaikan para leluhur yang sudah meninggal. Sebelum dilakukan kenduren Wetonan ini, dilakukan dahulu ritual nyekar ke makam para leluhur. Kenduren ini pun memiliki sajian wajib yakni ayam panggang.
Ada juga Kenduren Likuran yang dilaksanakan setiap tanggal 21 Ramadhan dalam kalender Arab. Kenduren ini dilakukan bertepatan dengan perayaan Nuzulul Qur’an. Biasanya dilakukan dalam lingkup kecil yakni sekitar rumah. Warga membawa makanan masing-masing yang nantinya akan dimakan secara bersama-sama setelah melakukan ritual pembacaan doa.
Ada pula Kenduren Badan atau dikenal dengan Lebaranan. Ritual ini dilakukan pada hari Raya Idul Fitri. Kenduren ini pada dasarnya merupakan ritual lanjutan dari Kenduren Sabanan dimana pada saat itu Kenduren dilaksanakan untuk ‘menaikan’ para leluhur sedangkan kenduren Badan bertujuan untuk ‘menurunkan’ para leluhur. Ritual pun sama yakni diawali dengan ritual nyekar ke makam para leluhur.
Selain itu ada juga Kenduren Ujar sebagai penepatan janji bagi seseorang yang memiliki maksud atau hajat tertentu. Dalam tradisi Jawa, Kepada Kenduren ini wajib disajikan ayam panggang.
Terakhir yakni Kenduren Muludan yang dilakukan disetiap tanggal 12 bulan Maulid dalam kalender Arab. Sebenarnya Kenduren ini merupakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad yang dilakukan dengan ritual mbeleh wedus (menyembelih kambing) yang dimasak sebagai becek (gulai).
Kenduren memang sebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana, tradisi ini memang memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial kemasyarakatan karena dapat memperkuat ikatan sillahturahmi satu sama lain. Tidak heran jika tradisi ini dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat.



santet


SANTET
oleh: Ah.Azim Aufaq
            Santet merupakan kebudayaan Indonesia yang dikenal sebagai budaya hitam untuk melukai atau menyakiti orang lain tanpa sepengetahuannya dan yang menyalahi hukum kimia dan fisika. Banyak dari orang Jawa ataupun luar Jawa yang mengalami sakit di luar ilmu kedokteran sehingga mereka putus asa untuk bisa sembuh, tetapi tidak sedikit juga yang bisa sembuh tanpa bantuan pengobatan rumah sakit atau obat-obatan apotik, melainkan dengan cara yang relative di luar nalar manusia dan terkesan mengada-ngada. Penyakitnya pun bermacam-macam, mulai dari sakit perut yang sangat sampai muntah mengeluarkan hewan yang menjijikkan seperti linta dan ulat.
            Santet adakalanya dengan cara mengubah materi menjadi energi, dikirim melalui gelombang energi  hingga sampai pada sasaran. Dan orang yang menerima energi akan merasa tersentak kaget dan sakit secara tiba-tiba. Selanjutnya energi yang telah masuk pada sasaran menjadi materi kembali dan otomais akan menimbulkan efek yang sangat dasyat dalam organ tubuh sasaran. Proses santet yang seperti ini disebut dengan santet dematrealisasi.
            Menurut sebagian pendapat yang diambil dari berbagai literatur  buku-buku dan naskah kuno, santet yang berlaku di Jawa dibagi menjadi tiga jenis menurut dasar sumber energi yang digunakan. Yang pertama adalah jenis santet dematrealisasi yang dibilang langka dalam praktek santet yang ada dan tentu menggunakan pembantu dari makhluk halus (jin) yang bisa didapat dari keturunan atau pemujaan.
            Kemudian santet energi pribadi yang lebih identik dengan kemampuan visualisasi dengan konsentrasi penuh, hingga hayalan visualisasi tersebut seolah-olah nyata terjadi. Visualisasi biasanya berupa bayangan bahwa orang yang dituju sedang merasakan sakit sesuai apa yang diharapkan sang pelaku. Santet jenis ini pun menggunakan media untuk membantu proses visualisasi berupa boneka yang diibaratkan sebagai orang yang akan disakiti.
            Kekuatan jiwa seseorang bisa menjadi santet apabila disalahgunakan, dengan cara memaksimalkan kekuatan kehendak (kosentrasi). Ada salah satu cerita datang dari buku-buku kuno yang menceritakan bahwa ada seorang petani dan pandai besi bertengkar sehingga pada malam harinya sang pandai besi masuk pada ruangan kemudian memukul-mukul besi dengan memusatkan konsentrasi disertai dengan niatan untuk menyakiti si petani.
            Dan pembagian yang terakhir adalah santet non pribadi yang lebih memanfaatkan kekuatan makhluk halus dari energi khadam atau energi yang bukan dari dirinya sendiri. Jenis santet ini menggunakan media jasa jin yang didayagunakan sebgai alat menyampaikan kehendak.misalnya dengan memuja tempat keramat yang dihuni makhluk-makhluk halus.
            Menurut pengamatan, santet yang (mungkin) masih digunakan orang-orang pada zaman sekarang ini adalah santet yang bersumber dari “energi negatif” yang terdapat pada tempat-tempat angker. Misalnya, kuburan tokoh sakti berilmu hitam, atau tempat yang disitu dikultuskan orang-orang yang senang berbuat musyrik. Tempat-tempat yang mengandung energi negatif itu dapat dimanfaatkan, semisal, mengambil bagian dari tanah yang ada disitu lalu ditebarkan di tanah/rumah orang yang hendak disakiti, atau melakukan transaksi (ikrar musyrik) dengan makhluk halus, dengan maksud minta bantuan mereka.
            Tidak bisa dipungkiri bahwa Ini adalah secuil kebudayaan yang dimiliki Indonesia meskipun banyak orang yang tidak menghiraukan atau bahkan tidak percaya terhadap budaya hitam negeri kita ini.

UPACARA ADAT


UPACARA ADAT SIRAMAN GONG KYAI PRADAH
oleh: Dwi Apriliawati
            Bhineka tunggal ika merupakan seuntai kalimat yang dapat mengambarkan bagaimanakah keadaan dan suasana keberagaman yang ada di Indonesia. Selain itu kalimat tersebut juga dapat berfungsi sebagai tali pemersatu dari keberagaman yang ada. Sebagaimana yang telah banyak diketahui bahwasanya Indonesia adalah sebuah negara yang tersusun dari banyak pulau yang berbaris membentuk sebuah rangkaian dari Sabang sampai ke Merauke dimana didalamnya juga terdapat banyak perbedaan yang sangat menonjol antara satu dengan yang lainnya, hususnya pada ranah yang berhubungan dengan budaya serta adat. Hampir di semua tempat dimana daerah itu berada, maka ia juga akan mempunyai adat kebudayaan yang berbeda pula. Adapun salah satu adat yang ikut serta dalam mewarnai kebhinekaan Indonesia adalah upacara Siraman Gong Kyai Pradah yang diselenggarakan di salah satu desa yang ada di daerah Jawa Timur, tepatnya di Desa Lodoyo, Kecamatan Sutojayan , Kabupaten Blitar.
Prosesi upacara yang melibatkan banyak masyarakat baik masyarakat lokal maupun masyarakat interlokal ini biasanya diawali dengan arak-arakan yang dilakukan dengan membawa Gong Kyai Pradah berkeliling mengitari komplek perumahan yang ada di Desa Lodoyo. Para masyarakat dengan antusias setia mengiringi prosesi arak-arakan ini, sebagian dari mereka yang masih percaya dengan mitos-mitos yang menyebar senantiasa mengiringi acara dengan mengharap tuah yang ada pada gong tersebut, sedang yang lainnya hanya ingin melihat betapa ramainya prosesi upacara siraman gong Mbah Pradah. Setelah selesai mengitari sekeliling desa, gong dibawa oleh para juru kuncinya pada suatu tempat yang memang sudah biasa digunakan untuk menghelak upacara adat tersebut. Dan acara intipun telah tiba yaitu prosesi siraman gong. Gong Mbah Pradah disiram dengan menggunakan bunga tujuh rupa atau yang biasa disebut dengan bunga setaman. Kemudian air sisa siraman tadi di tampung dalam sebuah wadah yang nantinya akan menjadi rebutan orang-orang yang mengharapkan tuah dari pada gong tersebut. Upacara ini dilaksanakan secara rutin setahun dua kali berdasarkan penanggalan jawa yaitu setiap tanggal 12 Maulud dan pada tanggal 1 Syawal. Tanggal-tanggal pelaksanaan tersebut ditentukan bukanlah dengan cara asal-asalan atau didapat dari wangsit, akan tetapi tanggal tersebut ditetapkan berdasarkan pesan dari Pangeran Prabu yang diwariskan secara turun temurun berdasarkan kisah yang menyebar selama ini.
Adapun kisah yang mengawali adanya prosesi upacara adat siraman Gong Kyai Pradah adalah konon pada saat penobatan tahta Kerajaan Kartasura, Sri Susuhunan Pakubuwono I yang merupakan putra mahkota kerajaan, beliau mempunyai seorang saudara seayah yang merupakan anak dari raja Kerajaan Kartasura dengan seorang selirnya. Ketika Sri Susuhunan Pakubuwono I dinobatkan menjadi seorang raja, Pangeran Prabu merasa sakit hati dan ia berniat membunuh Sri Susuhunan Pakubuwono I, namun upayanya diketahui. Dan sebagai hukuman atas kesalahannya itu Pangeran Prabu diutus untuk menebang kayu di hutan Lodoyo. Yang mana ketika itu hutan Lodoyo masih dikenal sebagai daerah yang sangat wingit (angker) dan banyak dihuni binatang buas. Pangeran Prabu menyadari akan kesalahannya dan untuk menebus kesalahan yang telah dilakukanya tersebut, beliau bersedia untuk berangkat ke hutan Lodoyo dan diikuti oleh istrinya yang bernama Putri Wandansari dan abdinya yang bernam Ki Amat Tariman dengan membawa pusaka bendhe (serupa dengan gong) yang diberi nama Kyai Bicak, yang akan digunakan sebagai tumbal (penolak bala) di hutan Lodoyo.
Kemegahan istana ditinggalkan, dan merekapun mulai perjalanan keluar masuk hutan, naik turun gunung, menyusuri lembah ngarai. Dan hingga akhirnya tiba di kawasan Lodoyo yang masih berupa hutan belantara yang sangat angker. Walaupun demikian Pengembaraan jauh itu mereka lakukan dengan penuh ketabahan dan ketenangan, karena mereka percaya tidak akan menghadapi marabahaya apapun selama mereka masih membawa pusaka bendhe Kyai Bicak. Sementara untuk menenangkan hati, Pangeran Prabu memilih untuk melakukan nepi (menyendiri) di hutan Lodoyo. Bendhe Kyai Bicak dan abdi setianya Ki Amat Tariman beliau titipkan kepada Nyi Rondho Patrasuta dengan meninggalkan pesan bahwa setiap tanggal 12 Mulud dan tanggal 1 Sawal, bendhe tersebut harus disucikan dengan cara disirami atau dijamasi air bunga setaman dan air bekas jamasan tersebut bisa untuk mengobati orang sakit dan sebagai sarana ketentraman hidup.
Setelah lewat beberapa lama Ki Amat Tariman merasa sangat rindu kepada Pangeran Prabu. Ia kemudian berjalan-jalan di hutan, tetapi di tengah perjalanan ia tersesat dan kebingungan, karena bingungnya Ki Amat Tariman memukul bendhe Kyai Bicak 7 kali dengan harapan ada petunjuk ataupun pertolongan dari orang-orang yang mendengar pukulan bendhe tersebut, terutama ia bermaksud agar Pangeran Prabu yang menolongnya. Namun perkiraannya meleset, bukan orang-orang sekitar yang datang atau Pangeran Prabu, tetapi harimau yang berbadan besar-besar. Namun ajaibnya, harimau-harimau tadi tidak menyerang atau mengganggu Ki Amat Tariman tetapi justru menjaga keberadaan beliau, dan sejak itu bendhe Kyai Bicak diberi nama Gong Kyai Pradah yang artinya harimau.
Semenjak peristiwa tersebut terjadi dan sampai sekarang, adat siraman ini masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini dikarenakan mereka masih percaya bahwa ritual ini mempunya manfaat dalam kehidupanya. Mereka mempercayai bahwa ucapan dari Pangeran Prabu yang mengatakan bahwa sisa air siraman Gong Kyai Pradah dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan menambah ketentraman jiwa adalah benar. Bahkan ada yang mempercayai behwa air sisa tersebut juga dapat membuat orang yang meminumnya lebih awet muda.
Upacara adat siraman pusaka Gong Kyai Pradah juga dapat menambah rasa kesatuan, persaudaraan serta kegotong royongan antar warga Lodoyo. Selain itu kegiatan ini dapat menjadi salah satu aset wisata budaya di Lodoyo hususnya dan di Indonesia umumnya. Ritual ini mengandung nilai-nilai budaya luhur warisan nenek moyang. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah tradisi tersebut tetap dilestarikan dan lebih dikenalkan pada khalayak interlokal dan pada generasi muda supaya mereka tidak kehilangan tapak-tapak sejarah.