Budaya Kenduren
Oleh: Mochammad
Ismail Hasan
Budaya Jawa memang
memiliki segudang tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. diantaranya
memiliki arti yang mendalam dan kaya akan nilai dan norma budaya dan sosial
kemasyarakatan. Salah satunya adalah tradisi Kenduren yang merupakan tradisi turun
temurun dalam budaya Jawa.
Kenduren
pada dasarnya adalah ritual selametan yakni berdoa bersama yang dihadiri para
tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang dituakan di satu
lingkungan. Biasanya
disajikan juga tumpeng lengkap dengan lauk pauknya yang nantinya akan dibagikan
kepada yang hadir.
Dalam tradisi Jawa,
Kenduren sendiri terdiri dari berbagai jenis. Kenduren Wetonan, Sabanan,
Likuran, Badan, Ujar, dan Muludan.
Kendurenan Wetonan
merupakan selametan yang dilakukan pada hari lahir. Hal in ini juga kerap
dilakukan hampir setiap warga. Tidak semua anggota keluarga dilakukan tradisi
Kenduren Weton saat ia merayakan hari lahir. Biasanya satu keluarga hanya
merayakan satu kali wetonan yakni pada saat hari lahir anak tertua dalam
keluarga tersebut.
Selain itu adapula yang
disebut Kenduren Sabanan atau Munggahan. Hal ini dilakukan saat menjelang bulan
ramadhan. Tujuan kenduren ini adalah untuk selametan menaikan para leluhur yang
sudah meninggal. Sebelum dilakukan kenduren Wetonan ini, dilakukan dahulu
ritual nyekar ke makam para leluhur. Kenduren ini pun memiliki sajian wajib
yakni ayam panggang.
Ada juga Kenduren Likuran
yang dilaksanakan setiap tanggal 21 Ramadhan dalam kalender Arab.
Kenduren ini dilakukan bertepatan dengan perayaan Nuzulul Qur’an. Biasanya
dilakukan dalam lingkup kecil yakni sekitar rumah. Warga membawa makanan
masing-masing yang nantinya akan dimakan secara bersama-sama setelah melakukan
ritual pembacaan doa.
Ada pula Kenduren Badan
atau dikenal dengan Lebaranan. Ritual ini dilakukan pada hari Raya Idul Fitri.
Kenduren ini pada dasarnya merupakan ritual lanjutan dari Kenduren Sabanan
dimana pada saat itu Kenduren dilaksanakan untuk ‘menaikan’ para leluhur
sedangkan kenduren Badan bertujuan untuk ‘menurunkan’ para leluhur. Ritual pun
sama yakni diawali dengan ritual nyekar ke makam para leluhur.
Selain itu ada juga
Kenduren Ujar sebagai penepatan janji bagi seseorang yang memiliki maksud atau
hajat tertentu. Dalam tradisi Jawa, Kepada Kenduren ini wajib
disajikan ayam panggang.
Terakhir yakni Kenduren
Muludan yang dilakukan disetiap tanggal 12 bulan Maulid dalam kalender Arab.
Sebenarnya Kenduren ini merupakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad yang
dilakukan dengan ritual mbeleh wedus (menyembelih kambing) yang dimasak sebagai
becek (gulai).
Kenduren memang sebuah
tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana,
tradisi ini memang memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial kemasyarakatan
karena dapat memperkuat ikatan sillahturahmi satu sama lain. Tidak heran jika
tradisi ini dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat.
0 komentar:
Posting Komentar