RSS

BELAJAR TAFSIR DARI PERHELATAN PIALA EURO '12
oleh: Ust. H. Arif Budiono, Lc, M.Hi

Ketika perhelatan sepak bola piala Euro '12 dibunyikan, serentak euforia seluruh lapisan manusia diseluruh dunia tidak bisa lagi terbendung. Jutaan pasang mata penghuni dunia dengan setia menikmati suguhan bola berkualitas. Sepak bola telah menjelma menjadi publik figur, ia tidak lagi berkutat pada masalah olah raga saja, ia tidak hanya mengenalkan identitas atau entitas suatu kelompok tertentu, dikarenakan  nilai edukasi bola telah melintasi perbedaan ras, agama, benua, bahasa yang majemuk.  Segala sikap yang mengarah tindakan rasisme dianggap telah melanggar kode etik dan dimasukkan dalam kumpulan dosa besar yang harus dihindari.

Tak kecuali temanku yang satu ini, benar-benar Gibol (Gila Bola) sejak kecil meskipun kalo main bola gak pinter-pinter banget.  Tak jarang ia mengorbankan waktunya hanya untuk menunggu peluit wasit tanda dimulainya bertandingan. Jam 2 malam tak menjadi kendala bagi dirinya melihat TV walaupun harus donor darah pada nyamuk. Dengan nada kelakar, esok harinya ia bertanya padaku ;
Hal-hal apa yang mengalami peningkatan ketika piala Euro dimulai? Sejurus aku berfikir, serentak aku menjawab ; ada 2 yang mengalami peningkatan yakni pertama, atribut, kostum pemain dan segala pernak-perniknya. Kedua, kopi dan gula (untuk bergadang). Itu tak seberapa, komentar temanku. Yang lebih mengalami peningkatan adalah surat teguran atasan karena karyawannya banyak yang tidur saat kerja disebabkan semalam nonton bola, tekanan darah karena tim andalannya kalah, dan  nasabah pegadaian tambah banyak karena selalu kalah oleh bandar judi. Hehe.. benar juga ya, pikirku.

Dilain hari, tanpa sengaja aku berpapasan dengan temanku ini. Tak seperti biasanya, dengan nada serius ia memegang tanganku dan sedikit memaksaku mengikuti keinginannya untuk duduk di bawah pohon dekat masjid. Setelah sholat Isya' tadi, kami barusan mendengarkan taushiah ustadz dimasjid. Shohib .... tadikan ustadz berceramah bahwa apapun kejadian dimuka dunia ini pasti ada hikmahnya, lho.. kalo sepak bola seperti piala Euro itu apa hikmahnya?  Mendengar pertanyaannya, akupun tersenyum,  aku mencoba memberikan analisa sebisaku.. begini teman, paling tidak ada 5 hikmah yang melekat pada sepak bola ;
  1. Janganlah suka menjadi penonton dari pada menjadi pemain, karena  akan berpotensi mematikan daya kreatifitas, mendidik kita menjadi penghina, tukang cemooh, pengutuk, mudah menyalahkan, dan pada gilirannya menjelma menjadi seorang "pemarah". Gimana donk terapinya? Sergah temanku. Gampang saja, ambil satu peran yang kita mumpuni didalamnya, buktikan kamu mampu memainkan dengan baik peran itu, dan jadikan bidang itu sebagai ajang kita mengaktualisasikan diri. Kalimat bijak yang sering aku dengar dari guruku, "Ukirlah prestasi dan prasasti dimana kalian menginjakkan kaki." Prestasi dalam beribadah kepada-Nya, dan jadikanlah aktifitasmu sebagai wirid-wirid yang akan menjadi saksi meringankan bagimu kelak pada hari kiamat. Dan yakinlah orang setelahmu akan menyiapkan prasasti-prasasti terindah buatmu dan  dirimu akan yang selalu dikenal dan dikenang.
  2. Hidup ini pilihan. Janganlah mengorbankan yang lebih kekal demi sesuatu yang semu dan fana, semuanya terserah kita dalam menyikapinya secara bijak. Kita menyia-nyikan malam berlalu begitu saja hanya untuk melotot didepan kaca TV sambil teriak-teriak bak orang gila, atau kita bersikap proposional, dengan beribadah kepada-Nya sebagian malam dan menyisakan ruang sedikit untuk menikmati tontonan bola. Ingat, tidak setiap tontonan bisa menjadi tuntunan. Kata ulama' kiat ;  Al-amru bi yadikum (pilihan ada ditangan anda).
  3. Respect  
Dilengan setiap kostum tim yang berlaga tertulis kalimat yang penuh dengan nilai filosofi, yakni Respect. Konon, kata ini berasal dari seorang filosof Barat yang bernama Immanuel Kant. Keragaman hendaknya selalu disikapi dengan bijak, tentunya setiap tim yang terlibat dalam even besar 4 tahunan ini membawa ambisi dan pretige masing-masing, namun perbuatan baik dan mulia dapat menghilangkan perbedaan tersebut, terutama sikap respect/menghargai dalam bingkai ukhwah insaniyyah (interaksi antar manusia – siapapun indentitas dan posisinya), dia tetaplah makhluk Allah yang harus disikapi dengan bijak dan layak. Bukankah al-Qur'an telah memproklamirkan sikap ini, seperti dalam surat al-Kahfi (19): 19 disebutkan satu kata " walyatalattaf ". Menariknya, kata ini berada dalam pertengahan al-Qur'an, biasa dicetak tebal bahkan dalam beberapa mushaf ditulis dengan tinta merah.
  1. Kerja secara profesional, dengan hati dan perhitungan matang dan tidak tidak setengah-setengah. Tengok persiapan tim melakoni setiap pertandingan diupayakan semuanya dilakukan dengan perfect. Memang yang Maha Sempurna adalah Allah Swt. namun Rasul mengajarkan dengan sabdanya "takhallaqu bi akhlaqillah", bukankah sebagian akhlaq Allah adalah sempurna? Setiap pekerjaan dituntut mempunyai visi yang jelas/visioner, berorientasi pada perbaikan/reformer ( harus lebih baik dari sebelumnya ) dan memberikaan keteladanan karena sadar sebagai pusat perhatian masyarakat dunia saat ini. Fa idza farakhta fansab, wa ila rabbika farghab
  2. Bersikaplah sportif seperti aktor-aktor lapangan hijau yang bermain bola. Benturan-benturan keras acap kali terjadi, namun toh mereka selalu menjunjung tinggi nilai sportifitas. Bahkan, diving (pura-pura jatuh) dianggap dosa "besar" dalam persepakbolaan. Dalam arti, harus ada kesamaan antara perbuatan dan realitas riil. Bukankah  golongan orang yang tidak sportif tidak mendapatkan tempat dalam ajaran agama, mereka yang berwajah seribu seperti kaum munafik diancam sebagai penghuni yang layak menempati neraka yang, bahkan ditingkat neraka yang paling dasar (wa hum fi darki asfali min al-nar)


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00. aku sangat terkejut, sebab sepontan temanku bangkit, berlari kencang kerumahnya sambil melambaikan tangannya, kita lanjut besok ya.. Spanyol tim kesayanganku lagi tanding sekarang lawan Italia. Assalamu'alaikum .... wassalamu'alaikum, jawabku. Dasar Gibol, gerutuku.

0 komentar: